Rabu, 12 November 2014

Validitas dan Reliabilitas

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Anggota Kelompok:
Dilla Ima Wati (1114141530005) - Muhithah Ulin Nuha (111414153015) - I Gusti Agung Komang Yulia Dewi (111414153018) - Rosita Permatasari (111414153020) - Pratiwi Setiyadi (111414153029) - Hielma Hasanah (111414153030) - Nurdila Triastuti (111414153036) -Diyana Rochmawati (111414153038)

Dibawah Bimbingan : Dr.Cholichul Hadi, Drs., M.Si



VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam penelitian. Keduanya berfokus bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung dengan konstruk yang diukur. Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat penting karena konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan sering kali tidak dapat secara langsung teramati. Semua peneliti sosial ingin pengukuran yang mereka lakukan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, lantas apa yang dimaksud validitas dan reliabilitas ? dan bagaimana, apa, kapan mereka berfungsi dengan baik? Berikut ulasan beberapa pertanyaan yang mungkin dapat membantu kita untuk dapat memahami validitas dan reliabilitas.

1.      Siapakah tokoh pencetus realibilitas?
Tokoh pertama yang mendefinisikan reliabilitas adalah Spearmen-Brown (Setyawan, 2011)
2.      Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas?
Reliabilitas
-          Reliabilitas berarti keandalan atau konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atribut yang sama diulang akan memberikan hasil kondisi yang identik atau sangat mirip. Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil numerik yang dihasilkan oleh suatu indikator tidak berbeda karena karakteristik dari proses pengukuran atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas adalah pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak stabil, atau tidak konsisten (Neuman, 2007).
-          Menurut Anastasi dan Urbina (1998) reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, ataupun dibawah kondisi pengujian yang berbeda.
-          Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabiladalam beberapakali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2011).
Validitas
-          Validitas menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang peneliti mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang realitas "sesuai" dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana, validitas membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya (Neuman, 2007).
-          Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur, sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau dibawa kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1998).
-          Azwar (1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.
-          Suryabrata (2000, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
-          Sudjana (2004, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
-          Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011).
3.      Mengapa kita perlu validitas dan reliabilitas?
-          Validitas   digunakan sebagai pengembangan dan pengevaluasian suatu tes.
-          Reliabilitas digunakan sebagai indikator dalam mempercayai nilai dari suatu tes karena memiliki konsistensi (Jacobs, 1991).
4.      Berapa macam/jenis validitas dan reliabilitas dalam riset atau alat ukur? Reliabilitas
Jenis-jenis reliabilitas antara lain (Sugiyono, 2004):
  1. Reliabilitas tes-retes; yaitu dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua.
  2. Reliabilitas bentuk alternatif; yaitu melalui penggunaan bentuk-bentuk tes lainnya.
  3. Reliabilitas belah-separuh (split-half reliability); dimana skor yang diperoleh untuk tiap individu diperoleh dengan membagi tes melalui berbagai prosedur belah-separuh.
  4. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha; yaitu dengan menggunakan administrasi tunggal dari suatu bentuk tunggal didasarkan pada konsistensi respons terhadap semua butir soal dalam tes yang dipengaruhi oleh dua sumber varian kesalahan.
Jenis reliabilitas terdiri dari 2, antara lain:
a.       Reliabilitas konsistensi tanggapan: responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya.
b.      Reliabilitas konsistensi gabungan butir: berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes. Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain (Djaali, 2000, dalam Matondang, 2009).
Validitas
Jenis-jenis validitas yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2004):
  1. Validitas konstruksi (construct validity); dengan menggunakan pendapat dari ahli (experts judgment)
  2. Validitas isi (content validity); dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
  3. Validitas eksternal; dengan cara membandingkanguna mencari kesamaan anatar criteria yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Menurut Neuman (2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain:
  1. Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian besar jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan dari komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur suatu konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan merujuk pada pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari orang lain.
  2. Content vatidity. Validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi melibatkan tiga langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten. Selanjutnya, ambil sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan indikator yang mewakili semua bagian dari definisi.
  3. Validitas Kriteria. Validitas kriteria menggunakan beberapa standar atau kriteria untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang diterima secara luas.
Ada dua subtipe dari jenis validitas kriteria, yaitu:
  1. Validitas konkuren. Indikator harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya dan dinilai sebagai valid (misalnya, telah memiliki face validity).
  2. Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana indikator memprediksi kejadian masa depan yang logis terkait dengan suatu konstruk. Hal ini tidak dapat digunakan untuk semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus berbeda, tetapi dapat menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak perlu dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, di mana satu variabel memprediksi variabel yang berbeda di masa depan.
Jenis validitas terdiri dari 3 yaitu:
c.       Validitas isi: menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut.
d.      Validitas konstruk: menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur trait atau konstruk teoretik yang hendak diukurnya.
e.       Validitas kriteria: bukti validitasnya diperlihatkan dengan adanya hubungan skor pada tesyang bersangkutan dengan skor suatu kriteria (contoh: analisis korelasional) (Azwar, 2011).
Validitas isi, kriteria dan konstrak. Ada lima sumber dasar teori dalam validitas konstrak, yaitu isi, proses respon, struktur internal, hubungan terhadap variabel lain, dan akibat. Berikut ini akan diuraikan satu per satu. Konten: melihat hubungan antara isi pengukuran dengan konstrak ingin diukur. Disini perlu dilihat definisi, tujuan alat ukur, proses dalam mengembangkan dan memilih aitem, kata-kata dari setiap aitem, dan kualifikasi penulis. Bukti konten biasanya menyajikan langkah-langkah terperinci untuk memastikan bahwa alat ukur tersebut telah mewakili konstrak yang akan dikur (Cook&Beckman,2006). Proses respon yaitu bagaimana pola pikir penulis terhadap pengukuran yang dilakukan, metode dan keamanan data yang digunakan dalam pengukuran dan pelaporan juga termasuk dalam kategori ini. Strutur internal melihat hubungan antara aitem tes dengan tes yang digunakan untu mengukur konstrak, yaitu apakah aitem-aitem yang penting mungkin dapat memiliki fungsi yang berbeda pada sekelompo responden. Hal ini bermanfaat apabila responden secara kategorial memiliki kesamaan, sehingga aitem tes ini diharapkan dapat menunjukkan perbedaannya dari masing-masing responden. Hubungannya dengan variabel yang lain: melihat hubungan skor tes dengan pengukuran lain dengan konstrak yang sama.
5.      Bagaimana cara mengukur validitas dan reliabilitas?
Reliabilitas
            Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara internal dan eksternal (Sugiyono, 2010). Secara internal, reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik internal consistency. Hal ini dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half), KR-20, KR-21, dan Anova Hyot (Analisis Varians).
Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.       Test-retest. Pengujian test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen yang sama beberapa kali pada responden yang sama, namun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b.      Equvalent. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, namun menggunakan dua instrumen yang berbeda, pada responden yang sama, dan waktu yang sama. Reliabilitas dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent.
c.       Gabungan. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa kali kepada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan mengkorelasikan dua instrumen, kemudian dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
Menurut Jacobs (1991), analisa reliabilitas dapat diukur dengan tiga cara yaitu BEST digitek test scoring, Spearman Brown, dan Kuder-Richarson 20. Spearman Brown mengukur konsistensi pengambilan aitem. Sedangkan KR-20 mengukur konsistensi jawaban terhadap semua aitem dan menunjukkan dua sumber kesalahan, yaitu: pemilihan aitem dan heterogenitas dari sampel. Reliabilitas juga dapat dijelaskan dengan standar eror pengukuran, yaitu memperkirakan seberapa besar perubahan nilai individu ketika dilakukan pengulangan tes. Apabila reliabilitas nilai tes tinggi, maka standar eror pengukuran tersebut rendah.
Validitas
Cara pengujian validitas sebagai berikut (Sugiyono, 2010):
  1. Pengujian validitas konstruk
Pengujian validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek yang akan diukur. Kemudian dilakukan ujicoba instrumen pada sampel dari populasi yang akan digunakan. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan cara mencari daya pembeda skor tiap aitem dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test.
  1. Pengujian validitas isi
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Di sisi lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dilakukan analisis aitem atau uji beda.
  1. Pengujian validitas eksternal
Penngujian ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki validitas eksternal yang tinggi.
6.      Bagaimana cara mengembangkan validitas dan reliabilitas sesuai dengan kebutuhan?
Untuk menggunakan validitas yang diinginkan terlebih dahulu mencari referensi mengenai teori pengukuran yang akan dipakai, dengan demikian dapat diketahui pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan suatu validitas nantinya (Cook&Beckman, 2006). Selain teknik korelasi, pada reliabilitas juga berkembang analisis varians skor dan analisis varians eror (Azwar, 2011).
7.      Kapan validitas dan reliabilitas berfungsi/berlaku dan kapan tidak berfungsi?
Reliabilitas
Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain, alat ukur tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling kontradiksi atau tidak konsisten maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur (Sugiyono, 2010).
Validitas
Ketika peneliti mengatakan bahwa suatu indikator itu valid, maka itu valid untuk tujuan dan definisi tertentu. Indikator yang sama bisa valid untuk satu tujuan (misal pertanyaan penelitian dengan unit analisis atau secara umum), tetapi bisa kurang valid atau tidak valid untuk hal yang lainnya. Misalnya dalam mengukur prejudice, bisa valid untuk mengukur prejudice para guru, tapi bisa jadi tidak valid untuk digunakan dalam mengukur prejudice dari para polisi. Tidak adanya validitas terjadi jika tidak terdapat kesesuaian atau kesesuaian yang rendah antara konstruk yang digunakan untuk menggambarkan, membuat teori atau menganalisis dunia sosial dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia sosial (Neuman, 2007).
8.      Apa perbedaan hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel?
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Di sisi lain, instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data bisa mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dapat menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010).
9.      Bagaimana cara meningkatkan reliabilitas pengukuran?
Ada empat cara untuk meningkatkan reliabilitas pengukuran: (1) mengonseptualisasi semua konstruk secara jelas, (2) menggunakan level pengukuran yang tepat, (3) menggunakan beberapa indikator dari suatu variabel, dan (4) menggunakan pilot-tets (pretests, pilot studies, dan replikasi) (Neuman, 2007).
10.  Bagaimana cara meningkatkan validitas eksternal penelitian?
Meningkatkan  validitas eksternal dari instrumen dapat dilakukan dengan cara memperbesar jumlah sampel (Sugiyono, 2010).
11.  Bagaimana hubungan antara validitas dan reliabilitas?
Reliabilitas diperlukan untuk pengujian validitas dan lebih mudah untuk dicapai daripada validitas. Meskipun reliabilitas diperlukan untuk memiliki ukuran yang valid dari suatu konsep, hal itu tidak menjamin ukuran tersebut bisa berlaku. Suatu ukuran yang reliabel atau dapat menghasilkan hasil yang sama berulang-ulang, namun belum tentu valid atau mungkin hasil pengukuran tidak cocok dengan definisi konstruk. Validitas dan reliabilitas merupakan konsep yang saling melengkapi, namun dalam beberapa situasi mereka bertentangan satu sama lain. Kadang-kadang, validitas meningkat namun reliabilitas lebih sulit dicapai, atau sebaliknya. Hal ini terjadi ketika memiliki definisi konstruk yang sangat abstrak dan tidak mudah diamati. Reliabilitas paling mudah dicapai ketika ukuran secara tepat dan dapat diamati. Dengan demikian, ada pertentangan antara esensi sebenarnya dari konstruk yang sangat abstrak dan mengukurnya secara konkret (Neuman, 2007).
12.  Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi reliabilitas?
a.         Pemilihan aitem. Tes merupakan pemilihan aitem-aitem yang digunakan untuk mengukur suatu konstrak, dengan demikian pemilihan aitem tersebut dapat menjadi sumber kesalahan dalam pelaksanaan tes. Untuk meningkatkan konsistensi dapat memperbanyak pemilihan aitem yang digunakan (Jacobs,1991). Dengan demikian akan mengurangi responden untuk asal tebak dalam menjawab. Namun aitem ini juga harus dipertimbangkan kualitas pertanyaannya, karena apabila tidak dan aitem yang diberikan banyak dapat membuat responden kelelahan.
b.        Penyusunan aitem. Kalimat yang ambigu atau kurangnya kata dalam suatu kalimat juga dapat mempengaruhi interpretasi responden sehingga dapat mempengaruhi reliabilitas.
c.         Pemberian administrasi tes. Kalimat instruksi yang kurang jelas atau suasana yang bising dapat mempengaruhi responden ketika menjawab.
d.        Penilaian (scoring), pada tes esai memiliki reliabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Karena pada tes esai, penilai memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam menilai jawaban responden sehingga lebih bersifat subyektif.
e.         Tingkat kesulitan dari suatu tes. Nilai dari suatu tes menunjukkan reliabilitas yang baik apabila nilai tersebut menyebar dari skala yang digunakan dengan demikian dapat terlihat perbedaan antar siswa. Faktor yang terakhir adalah siswa, dimana kelelahan, kecemasan, dan siswa sakit dapat menyebabkan reliabilitas yang rendah karena mempengaruhi kinerja mereka dalam mengerjakan tes (Jacobs,1991).
13.  Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi validitas?
Definisi yang jelas mengenai suatu konstrak pengukuran (Cook & Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang juga mempengaruhi yaitu: panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok, instruksi tes yang ambigu, perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang tidak tepat.
14.  Bagaimana proses validasi?
Proses validasi melibatkan pengumpulan bukti-bukti untuk memberikan dasar ilmiah pada interpretasi skor yang dimaksud (Standards, 1999).
15.  Bagaimana cara menguji validitas dan reliabilitas?
Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis validitas, antara lain:
a.       Pengujian Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis.
1)      Validitas Isi (Content Validity)
Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelususran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isisnya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahkan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).
Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.
2)      Validitas konstruksi (Construct Validity)
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
Validitas konstruksi juga dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut telalh dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.
b.      Pengujian Validitas Tes Secara Empirik
Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.
1)      Validitas ramalan (Predictive validity)
Validitas ramalan adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.
Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.
2)      Validitas bandingan (Concurrent Validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.
Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan dua cara, yaitu uji reliabilitas eksternal dan internal. Dengan pengertian bahwa jika ukuran atau kriterianya berada di luar instrumen, maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal, sedangkan reliabilitas internal diperoleh berdasarkan data dari instrumen saja.Untuk menguji reliabilitas eksternal : teknik paralel (double test double trial). Dengan menggunakan teknik ini peneliti menyusun dua perangkat instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama diuji cobakan kepada sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan dengan korelasi Pearson.
16.  Bagaimana aplikasi dalam menyatakan reliabiltas?
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00, dimana koefisien reliabiltas semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya, begitu pun sebaliknya (Azwar, 2008).
17.  Apakah Koefiisien validitas dan koefisien reliabilitas
a.    Validitas: hasil estimasi validitas suatu pengukuran yang dinyatakan secara empirik biasanya dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes dengan distribusi skor kriteria. Contoh apabila distribusi skor tes x dan skor kriteria adalah y, sehingga koefisien validitasnya adalah rxy. Koefisien validitas hanya memiliki makna apabila mempunyai nilai positif. Semakin mendekati 1,00 maka hasil tes semakin valid.
b.    Reliabilitas: Koefisien reliabilitas adalah tinggi-rendahnya reliabilitas yang dapat dilihat melalui korelasi antara dua dsitribusi skor dari dua alat ukur yang paralel yang dikenakan pada sekelompok individu yang sama. Semakin tinggi korelasi antara hasil ukur dari dua tes yang paralel, maka akan semakin konsisten dan dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel. Lambang dari korelasi paralel tersebut adalah rxx’, dimana skor x adalah tes pertama dan x’ untuk tes yang kedua. (Azwar, 2011).
18.  Jelaskan makna dari koefisien validitas dan reliabilitas!
a.         Interpretasi koefisien validitas dan reliabilitas keduanya bersifat relatif, dalam hal ini pada umumnya estimasi validitas berkisar 0,50 dapat dianggap memuaskan, sedangkan koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan.
b.        Pada umumnya, reliabilitas dapat dianggap memuaskan apabila koefisiennya minimal mencapai rxx’ = 0,900, namun terkadang suatu koefisien tidak mencapai nilai tersebut dan masih dianggap cukup berarti dalam suatu kasus tertentu terutama apabila skala yang bersangkutan digunakan bersama-sama dengan tes lain dalam suatu perangkat pengukuran (battery test) (Azwar, 2008).
19.  Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasi koefisien reliabilitas!
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan koefisien reliabilitas, yaitu sebagai berikut (Azwar, 2008):
  1. Interpretasi koefisien reliabilitas bernilai spesifik bagi hasil ukur pada kelompok individu tertentu saja
  2. Koefisien reliabilitas hanya mengindikasi besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran, bukan menyatakan secara langsung penyebab inkonsistensi tersebut.
20.  Jelaskan perbedaan validitas internal dan validitas eksternal?
Djaali (2000, dalam Matondang, 2009) validitas internal (validitas butir) termasuk kelompok  validitas kriteria yang merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan tes sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas butir dari tes itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir dengan menggunakan hasil ukur tes tersebut sebagai suatu kesatuan sebagai kriteria, sehingga biasa juga disebut validitas butir. Validitas internal diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur tes secara keseluruhan. Oleh karena itu validitas butir tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total tes. Jika koefisien korelasi skor butir dengan skor total tes positif dan signifikan maka butir tersebut valid berdasarkan ukuran validitas internal. Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor total mencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan tes dengan hasil ukur butir tes atau dapat dikatakan bahwa butir tes tersebut konvergen dengan butir-butir lain dalam mengukur suatu konsep atau konstruk yang hendak diukur. Validitas internal  untuk skor butir dikotomi digunakan koefisien korelasi biserial (rbis).
Validitas eksternal dapat berupa hasil ukur tes baku atau tes yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan basil ukur tes yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari tes yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefisien korelasi yang didapat, maka validitas tes yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal digunakan nilai r-tabel. Jika koefisien korelasi antara skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku lebih besar daripada r-tabel maka tes yang dikembangkan adalah valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji- validitas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya tes sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir tes seperti pada validitas internal.
21.  Jelaskan perbedaan reliabilitas berdasarkan kosistensinya?
Djaali (2000, dalam Matondang, 2009) menyatakan bahwa reliabilitas dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan, dan reliabilitas konsistensi gabungan butir. Reliabilitas konsistensi tanggapan responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakkonsistenan maka jelas hasil pengukuran itu tidak mencerminkan keadaan obyek ukur yang sesungguhnya.
22.  Sejauhmana reliabilitas dapat dipercaya?
Reliabilitas: dalam konsep reliabilitas hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang sama, apabila aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar,2011).
23.  Bilamana validitas dan reliabilias dikatakan tinggi atau rendah ?
a.    Validitas: suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan dari pengukuran. Sedangkan suatu tes yang tidak menghasilan data yang relevan sesuai dengan tujuan dari tes tersebut, maka validitas tes tersebut rendah (Azwar, 2011).
b.    Reliabilitas: Namun dalam reliabilitas dikatakan tinggi apabila hasil pengukuran yang dihasilkan dari tes tidak menunjukkan perbedaan yang besar dari waktu ke waktu (Azwar, 2011).
24.  Bagaimana menghasilkan validitas yang baik dan dapat digunakan ?
Validitas: apabila tes tersebut memiliki kecermatan yang tinggi, yaitu mampu mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang sedang diukur (Azwar, 2011).
25.  Mengapa validitas dan reliabilitas terkadang berbeda antara di lapangan dengan teori ?
Reliabilitas: Secara teori reliabilitas menunjukkan nilai tes yang bebas dari kesalahan pengukuran (error measurement), namun dalam kenyataannya tidak ada reliabilitas yang sempurna. Hal ini disebabkan adanya kesalahan acak (random errors) dimana terdapat variasi nilai yang tidak konsisten dari waktu ke waktu atau antar situasi (Jacobs, 1991).



DAFTAR PUSTAKA

_________. (1999). Standards: Educational and psychological testing. Washington: American Educational Research Association.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1998). Tes Psikologi (Edisi Terjemahan). Jakarta: PT. Prenhallindo.
Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Tes Prestasi: Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cook, D. A. & Beckman, T. (2006). Current concept validity and reliability for psychometric instrument: Theory and application. The American Journal of Medicine.
Isaac, Stephen., Michael, William B., (1985), Handbook in Research and Evaluation, California, Edits publishers
Jacobs, L. C. (1991). Test Reliability. IU Bloomington evaluation service & testing. Diakses pada tanggal 7 November 2014 dari www.indiana.edu.
Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian.  Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 6 (1), 87-97.
Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and quantitative qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc.
Murti, Bhisma, Prof, dr, MPH, Msc, Phd. (2011) Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Universitas Negeri Semarang: Tidak Dipublikasikan
Setyawan, Imam. (2011) Diktat Psikometri. Universitas Diponegoro: Tidak Dipublikasikan
Sujarwadi, Sri (2011). Valditas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Universitas Negeri Jakarta: Tidak dipublikasikan
Sugiyono. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 1-9.