TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUANTITATIF
Anggota
Kelompok:
Dilla Ima Wati (1114141530005)
- Muhithah Ulin Nuha (111414153015) - I Gusti Agung Komang Yulia Dewi (111414153018) - Rosita Permatasari (111414153020)
- Pratiwi Setiyadi (111414153029) - Hielma Hasanah (111414153030) - Nurdila
Triastuti (111414153036) -Diyana Rochmawati (111414153038)
Dibawah Bimbingan : Dr.Cholichul Hadi, Drs., M.Si
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas
dan reliabilitas menjadi bahasan utama dalam setiap pengukuran dalam
penelitian. Keduanya berfokus bagaimana menciptakan pengukuran yang terhubung
dengan konstruk yang diukur. Reliabilitas dan validitas menjadi hal yang sangat
penting karena konstruk pada teori sosial seringkali ambigu, membingungkan dan
sering kali tidak dapat secara langsung teramati. Semua peneliti sosial ingin
pengukuran yang mereka lakukan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik,
lantas apa yang dimaksud validitas dan reliabilitas ? dan bagaimana, apa, kapan
mereka berfungsi dengan baik? Berikut ulasan beberapa pertanyaan yang mungkin
dapat membantu kita untuk dapat memahami validitas dan reliabilitas.
1.
Siapakah
tokoh pencetus realibilitas?
Tokoh
pertama yang mendefinisikan reliabilitas adalah Spearmen-Brown (Setyawan, 2011)
2.
Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas?
Reliabilitas
-
Reliabilitas berarti keandalan atau
konsistensi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atribut yang sama diulang
akan memberikan hasil kondisi yang identik atau sangat mirip. Reliabilitas
dalam penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil numerik yang dihasilkan
oleh suatu indikator tidak berbeda karena karakteristik dari proses pengukuran
atau instrumen pengukuran itu sendiri. Kebalikan dari reliabilitas adalah
pengukuran yang memberikan hasil yang tidak menentu, tidak stabil, atau tidak
konsisten (Neuman, 2007).
-
Menurut Anastasi dan Urbina (1998)
reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama
ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda,
atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, ataupun dibawah
kondisi pengujian yang berbeda.
-
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana
hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya
apabiladalam beberapakali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2011).
Validitas
-
Validitas menunjukkan keadaan yang
sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara konstruk, atau cara seorang
peneliti mengkonseptualisasikan ide dalam definisi konseptual dan suatu ukuran.
Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang realitas
"sesuai" dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana, validitas
membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui
penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya
(Neuman, 2007).
-
Validitas yaitu mengenai apa dan seberapa baik suatu
alat tes dapat mengukur, sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor
yang dicapai oleh orang yang sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang
sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir
ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau dibawa kondisi pengujian
yang berbeda (Anastasi &
Urbina, 1998).
-
Azwar
(1987, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara
tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan
besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa
yang diukur.
-
Suryabrata
(2000, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya
menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan
ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh
suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya
dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
-
Sudjana
(2004, dalam Widodo, 2006) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan
ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul
menilai apa yang seharusnya dinilai.
-
Validitas
berasal dari kata validity yang
berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya (Azwar, 2011).
3. Mengapa
kita perlu validitas dan reliabilitas?
-
Validitas digunakan sebagai pengembangan dan
pengevaluasian suatu tes.
-
Reliabilitas
digunakan sebagai indikator dalam mempercayai nilai dari suatu tes karena
memiliki konsistensi (Jacobs, 1991).
4.
Berapa macam/jenis validitas dan reliabilitas dalam riset
atau alat ukur? Reliabilitas
Jenis-jenis reliabilitas antara
lain
(Sugiyono, 2004):
- Reliabilitas tes-retes; yaitu dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua.
- Reliabilitas bentuk alternatif; yaitu melalui penggunaan bentuk-bentuk tes lainnya.
- Reliabilitas belah-separuh (split-half reliability); dimana skor yang diperoleh untuk tiap individu diperoleh dengan membagi tes melalui berbagai prosedur belah-separuh.
- Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha; yaitu dengan menggunakan administrasi tunggal dari suatu bentuk tunggal didasarkan pada konsistensi respons terhadap semua butir soal dalam tes yang dipengaruhi oleh dua sumber varian kesalahan.
Jenis
reliabilitas terdiri dari 2, antara lain:
a.
Reliabilitas
konsistensi tanggapan: responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau
obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten.
Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan
pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap
obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya.
b.
Reliabilitas
konsistensi gabungan butir: berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes.
Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur
butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain (Djaali, 2000,
dalam Matondang, 2009).
Validitas
Jenis-jenis validitas yaitu
sebagai berikut (Sugiyono, 2004):
- Validitas konstruksi (construct validity); dengan menggunakan pendapat dari ahli (experts judgment)
- Validitas isi (content validity); dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
- Validitas eksternal; dengan cara membandingkanguna mencari kesamaan anatar criteria yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Menurut Neuman
(2007), terdapat tiga jenis validitas pengukuran, antara lain:
- Face validity. Ini merupakan validitas yang paling mudah untuk dicapai dan sebagian besar jenis dasar dari validitas adalah face validity. Hal ini memerlukan pertimbangan dari komunitas ilmiah bahwa indikator benar-benar dapat digunakan untuk mengukur suatu konstruk. Kesesuaian antara definisi dan metode pengukuran yang digunakan merujuk pada pertimbangan dari suatu konsensus komunitas ilmiah atau penilaian dari orang lain.
- Content vatidity. Validitas ini membahas mengenai definisi konseptual yang berisi ide-ide dan konsep dapat direpresentasikan dalam suatu pengukuran. Validitas isi melibatkan tiga langkah. Pertama, menentukan definisi konstruk dari seluruh konten. Selanjutnya, ambil sampel dari semua bidang definisi. Kemudian, mengembangkan indikator yang mewakili semua bagian dari definisi.
- Validitas Kriteria. Validitas kriteria menggunakan beberapa standar atau kriteria untuk mengindikasi konstruk secara akurat. Validitas dari indikator diverifikasi dengan cara membandingkannya dengan ukuran lain dari konstruk yang sama yang diterima secara luas.
Ada dua subtipe
dari jenis validitas kriteria, yaitu:
- Validitas konkuren. Indikator harus dikaitkan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya dan dinilai sebagai valid (misalnya, telah memiliki face validity).
- Validitas prediktif. Validitas kriteria dimana indikator memprediksi kejadian masa depan yang logis terkait dengan suatu konstruk. Hal ini tidak dapat digunakan untuk semua ukuran. Ukuran dan tindakan yang diprediksi harus berbeda, tetapi dapat menunjukkan konstruk yang sama. Validitas pengukuran prediktif tidak perlu dibingungkan dengan prediksi dalam pengujian hipotesis, di mana satu variabel memprediksi variabel yang berbeda di masa depan.
Jenis
validitas terdiri dari 3 yaitu:
c.
Validitas
isi: menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan
isi yang hendak diukur oleh tes tersebut.
d.
Validitas
konstruk: menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur trait atau konstruk teoretik yang hendak diukurnya.
e.
Validitas
kriteria: bukti validitasnya diperlihatkan dengan adanya hubungan skor pada
tesyang bersangkutan dengan skor suatu kriteria (contoh: analisis korelasional)
(Azwar, 2011).
Validitas
isi, kriteria dan konstrak. Ada lima sumber dasar teori dalam
validitas konstrak, yaitu isi, proses respon, struktur internal, hubungan
terhadap variabel lain, dan akibat. Berikut ini akan diuraikan satu per satu. Konten: melihat hubungan antara isi
pengukuran dengan konstrak ingin diukur. Disini perlu dilihat definisi, tujuan
alat ukur, proses dalam mengembangkan dan memilih aitem, kata-kata dari setiap
aitem, dan kualifikasi penulis. Bukti konten biasanya menyajikan
langkah-langkah terperinci untuk memastikan bahwa alat ukur tersebut telah mewakili
konstrak yang akan dikur (Cook&Beckman,2006). Proses respon yaitu bagaimana pola pikir penulis terhadap
pengukuran yang dilakukan, metode dan keamanan data yang digunakan dalam
pengukuran dan pelaporan juga termasuk dalam kategori ini. Strutur internal
melihat hubungan antara aitem tes dengan tes yang digunakan untu mengukur
konstrak, yaitu apakah aitem-aitem yang penting mungkin dapat memiliki fungsi
yang berbeda pada sekelompo responden. Hal ini bermanfaat apabila responden
secara kategorial memiliki kesamaan, sehingga aitem tes ini diharapkan dapat
menunjukkan perbedaannya dari masing-masing responden. Hubungannya dengan variabel yang lain: melihat hubungan skor tes
dengan pengukuran lain dengan konstrak yang sama.
5.
Bagaimana cara mengukur validitas dan reliabilitas?
Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara
internal dan eksternal (Sugiyono, 2010). Secara internal, reliabilitas dapat
diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen
dengan teknik internal consistency. Hal ini dilakukan dengan cara
mengujicobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half), KR-20, KR-21, dan Anova Hyot (Analisis Varians).
Secara eksternal, pengujian
dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.
Test-retest. Pengujian test-retest dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen yang sama beberapa kali pada responden yang
sama, namun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel.
b. Equvalent.
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, namun menggunakan dua
instrumen yang berbeda, pada responden yang sama, dan waktu yang sama. Reliabilitas dihitung dengan cara mengkorelasikan antara
data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent.
c. Gabungan. Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang equivalent beberapa
kali kepada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan mengkorelasikan dua
instrumen, kemudian dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya
dikorelasikan secara silang.
Menurut
Jacobs (1991), analisa reliabilitas dapat diukur dengan tiga cara yaitu
BEST digitek test scoring, Spearman Brown, dan Kuder-Richarson 20. Spearman Brown mengukur konsistensi
pengambilan aitem. Sedangkan KR-20
mengukur konsistensi jawaban terhadap semua aitem dan menunjukkan dua sumber
kesalahan, yaitu: pemilihan aitem dan heterogenitas dari sampel. Reliabilitas
juga dapat dijelaskan dengan standar eror pengukuran, yaitu memperkirakan
seberapa besar perubahan nilai individu ketika dilakukan pengulangan tes.
Apabila reliabilitas nilai tes tinggi, maka standar eror pengukuran tersebut
rendah.
Validitas
Cara pengujian validitas sebagai
berikut (Sugiyono, 2010):
- Pengujian validitas konstruk
Pengujian
validitas konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli mengenai aspek yang
akan diukur. Kemudian dilakukan
ujicoba instrumen pada sampel dari populasi yang akan digunakan. Setelah data
ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu
faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas
seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan cara
mencari daya pembeda skor tiap aitem dari kelompok yang memberikan jawaban
tinggi dan jawaban rendah. Pengujian analisis daya pembeda
dapat menggunakan t-test.
- Pengujian validitas isi
Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas
isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan. Di sisi lain, pengujian validitas isi dari instrumen yang
akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah
ditetapkan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka
setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan, dan
dilakukan analisis aitem atau uji beda.
- Pengujian validitas eksternal
Penngujian
ini dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara
kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Bila terdapat kesamaan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut
memiliki validitas eksternal yang tinggi.
6.
Bagaimana cara mengembangkan validitas dan reliabilitas
sesuai dengan kebutuhan?
Untuk
menggunakan validitas yang diinginkan terlebih dahulu mencari referensi
mengenai teori pengukuran yang akan dipakai, dengan demikian dapat diketahui
pengukuran yang akan digunakan sehingga dapat menghasilkan suatu validitas
nantinya (Cook&Beckman, 2006). Selain teknik korelasi, pada reliabilitas juga
berkembang analisis varians skor dan analisis varians eror (Azwar,
2011).
7.
Kapan validitas dan reliabilitas berfungsi/berlaku dan
kapan tidak berfungsi?
Reliabilitas
Jika
terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu tidak
konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes
(alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain,
alat ukur tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau
keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian
obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling
kontradiksi atau tidak konsisten maka kita tidak bisa menyalahkan obyek ukur,
melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes
tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur (Sugiyono, 2010).
Validitas
Ketika peneliti
mengatakan bahwa suatu indikator itu valid, maka itu valid untuk tujuan dan
definisi tertentu. Indikator yang sama bisa valid untuk satu tujuan (misal
pertanyaan penelitian dengan unit analisis atau secara umum), tetapi bisa
kurang valid atau tidak valid untuk hal yang lainnya. Misalnya dalam mengukur prejudice, bisa valid untuk mengukur prejudice para guru, tapi bisa jadi tidak
valid untuk digunakan dalam mengukur prejudice
dari para polisi. Tidak adanya validitas terjadi jika tidak terdapat
kesesuaian atau kesesuaian yang rendah antara konstruk yang digunakan untuk
menggambarkan, membuat teori atau menganalisis dunia sosial dengan apa yang
sebenarnya terjadi dalam dunia sosial (Neuman, 2007).
8. Apa
perbedaan hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid
dan reliabel?
Hasil penelitian yang valid
bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti, sedangkan hasil penelitian yang reliabel bila
terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Di sisi lain,
instrumen yang valid berarti instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data
bisa mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama dapat menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010).
9. Bagaimana
cara meningkatkan reliabilitas pengukuran?
Ada empat cara
untuk meningkatkan reliabilitas pengukuran: (1) mengonseptualisasi semua
konstruk secara jelas, (2) menggunakan level pengukuran yang tepat, (3)
menggunakan beberapa indikator dari suatu variabel, dan (4) menggunakan pilot-tets (pretests, pilot studies, dan replikasi) (Neuman, 2007).
10. Bagaimana
cara meningkatkan validitas eksternal penelitian?
Meningkatkan validitas eksternal dari instrumen dapat
dilakukan dengan cara memperbesar jumlah sampel (Sugiyono, 2010).
11. Bagaimana
hubungan antara validitas dan reliabilitas?
Reliabilitas
diperlukan untuk pengujian validitas dan lebih mudah untuk dicapai daripada
validitas. Meskipun reliabilitas diperlukan untuk memiliki ukuran yang valid
dari suatu konsep, hal itu tidak menjamin ukuran tersebut bisa berlaku. Suatu
ukuran yang reliabel atau dapat menghasilkan hasil yang sama berulang-ulang,
namun belum tentu valid atau mungkin hasil pengukuran tidak cocok dengan
definisi konstruk. Validitas dan reliabilitas merupakan konsep yang saling
melengkapi, namun dalam beberapa situasi mereka bertentangan satu sama lain.
Kadang-kadang, validitas meningkat namun reliabilitas lebih sulit dicapai, atau
sebaliknya. Hal ini terjadi ketika memiliki definisi konstruk yang sangat
abstrak dan tidak mudah diamati. Reliabilitas paling mudah dicapai ketika
ukuran secara tepat dan dapat diamati. Dengan demikian, ada pertentangan antara
esensi sebenarnya dari konstruk yang sangat abstrak dan mengukurnya secara
konkret (Neuman, 2007).
12. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi reliabilitas?
a.
Pemilihan aitem. Tes merupakan pemilihan aitem-aitem yang
digunakan untuk mengukur suatu konstrak, dengan demikian pemilihan aitem
tersebut dapat menjadi sumber kesalahan dalam pelaksanaan tes. Untuk
meningkatkan konsistensi dapat memperbanyak pemilihan aitem yang digunakan
(Jacobs,1991). Dengan demikian akan mengurangi responden untuk asal tebak dalam
menjawab. Namun aitem ini juga harus dipertimbangkan kualitas pertanyaannya,
karena apabila tidak dan aitem yang diberikan banyak dapat membuat responden kelelahan.
b.
Penyusunan
aitem. Kalimat yang ambigu atau kurangnya kata dalam suatu kalimat juga dapat
mempengaruhi interpretasi responden sehingga dapat mempengaruhi reliabilitas.
c.
Pemberian
administrasi tes. Kalimat instruksi yang kurang jelas atau suasana yang bising
dapat mempengaruhi responden ketika menjawab.
d.
Penilaian
(scoring), pada tes esai memiliki
reliabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tes pilihan ganda. Karena
pada tes esai, penilai memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam menilai
jawaban responden sehingga lebih bersifat subyektif.
e.
Tingkat
kesulitan dari suatu tes. Nilai dari suatu tes menunjukkan reliabilitas yang
baik apabila nilai tersebut menyebar dari skala yang digunakan dengan demikian
dapat terlihat perbedaan antar siswa. Faktor yang terakhir adalah siswa, dimana
kelelahan, kecemasan, dan siswa sakit dapat menyebabkan reliabilitas yang
rendah karena mempengaruhi kinerja mereka dalam mengerjakan tes (Jacobs,1991).
13. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi validitas?
Definisi yang jelas mengenai suatu konstrak pengukuran (Cook
& Beckman, 2006). Selain itu, faktor-faktor yang juga
mempengaruhi yaitu: panjang alat ukur, variabilitas kemampuan kelompok,
instruksi tes yang ambigu, perbedaan sosio-kultural, penambahan item-item yang
tidak tepat.
14. Bagaimana
proses validasi?
Proses
validasi melibatkan pengumpulan bukti-bukti untuk memberikan dasar ilmiah pada
interpretasi skor yang dimaksud (Standards, 1999).
15. Bagaimana
cara menguji validitas dan reliabilitas?
Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis
validitas, antara lain:
a.
Pengujian Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang
diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir
secara logis.
1)
Validitas Isi (Content Validity)
Valditas isi berkaitan dengan kemampuan
suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa
suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak
diukur.
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar
adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelususran
atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.
Validitas isi adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat
pengukur hasil belajar peserta didik, isisnya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahkan pelajaran yang seharusnya
diteskan (diujikan).
Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu
mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur
seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk
hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama
berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa
validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis
logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang
punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan
sebaliknya belum tentu benar.
2)
Validitas konstruksi
(Construct Validity)
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk
adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam
mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel
validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas
cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur
termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
Validitas konstruksi juga dapat diartikan sebagai validitas yang
ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara terminologis,
suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki
validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut telalh dapat dengan
secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.
b.
Pengujian Validitas
Tes Secara Empirik
Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada
hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik
adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di
lapangan.
1)
Validitas ramalan
(Predictive validity)
Validitas ramalan adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa
jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya
untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.
Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan
atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan
antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila
ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.
2)
Validitas bandingan
(Concurrent Validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki
validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan
secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama
dengan tes berikutnya.
Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan dua cara, yaitu
uji reliabilitas eksternal dan internal. Dengan pengertian bahwa jika ukuran
atau kriterianya berada di luar instrumen, maka dari hasil pengujian ini
diperoleh reliabilitas eksternal, sedangkan reliabilitas internal diperoleh
berdasarkan data dari instrumen saja.Untuk menguji reliabilitas eksternal :
teknik paralel (double test double trial). Dengan menggunakan teknik ini
peneliti menyusun dua perangkat instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama
diuji cobakan kepada sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali)
kemudian hasil dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan dengan korelasi
Pearson.
16. Bagaimana
aplikasi dalam menyatakan reliabiltas?
Reliabilitas
dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada
dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00, dimana koefisien reliabiltas semakin
mendekati 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya, begitu pun sebaliknya
(Azwar, 2008).
17. Apakah
Koefiisien validitas dan koefisien reliabilitas
a. Validitas: hasil estimasi validitas suatu pengukuran yang
dinyatakan secara empirik biasanya dinyatakan dengan korelasi antara distribusi
skor tes dengan distribusi skor kriteria. Contoh apabila distribusi skor tes x
dan skor kriteria adalah y, sehingga koefisien validitasnya adalah rxy.
Koefisien validitas hanya memiliki makna apabila mempunyai nilai positif.
Semakin mendekati 1,00 maka hasil tes semakin valid.
b. Reliabilitas: Koefisien reliabilitas adalah tinggi-rendahnya
reliabilitas yang dapat dilihat melalui korelasi antara dua dsitribusi skor
dari dua alat ukur yang paralel yang dikenakan pada sekelompok individu yang
sama. Semakin tinggi korelasi antara hasil ukur dari dua tes yang paralel, maka
akan semakin konsisten dan dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel.
Lambang dari korelasi paralel tersebut adalah rxx’, dimana skor x adalah tes
pertama dan x’ untuk tes yang kedua. (Azwar,
2011).
18. Jelaskan
makna dari koefisien validitas dan reliabilitas!
a.
Interpretasi
koefisien validitas dan reliabilitas keduanya bersifat relatif, dalam hal ini
pada umumnya estimasi validitas berkisar 0,50 dapat dianggap memuaskan,
sedangkan koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak
memuaskan.
b.
Pada
umumnya, reliabilitas dapat dianggap memuaskan apabila koefisiennya minimal
mencapai rxx’ = 0,900, namun terkadang suatu koefisien tidak
mencapai nilai tersebut dan masih dianggap cukup berarti dalam suatu kasus
tertentu terutama apabila skala yang bersangkutan digunakan bersama-sama dengan
tes lain dalam suatu perangkat pengukuran (battery
test) (Azwar, 2008).
19. Sebutkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menginterpretasi koefisien reliabilitas!
Terdapat
dua hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan koefisien
reliabilitas, yaitu sebagai berikut (Azwar, 2008):
- Interpretasi koefisien reliabilitas bernilai spesifik bagi hasil ukur pada kelompok individu tertentu saja
- Koefisien reliabilitas hanya mengindikasi besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran, bukan menyatakan secara langsung penyebab inkonsistensi tersebut.
20. Jelaskan
perbedaan validitas internal dan validitas eksternal?
Djaali (2000, dalam Matondang,
2009) validitas internal (validitas butir) termasuk kelompok validitas kriteria yang merupakan validitas
yang diukur dengan besaran yang menggunakan tes sebagai suatu kesatuan
(keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas butir dari tes
itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir dengan
menggunakan hasil ukur tes tersebut sebagai suatu kesatuan sebagai kriteria,
sehingga biasa juga disebut validitas butir. Validitas internal diperlihatkan
oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur tes
secara keseluruhan. Oleh karena itu validitas butir tercermin pada besaran
koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total tes. Jika koefisien
korelasi skor butir dengan skor total tes positif dan signifikan maka butir
tersebut valid berdasarkan ukuran validitas internal. Koefisien korelasi yang
tinggi antara skor butir dengan skor total mencerminkan tingginya konsistensi
antara hasil ukur keseluruhan tes dengan hasil ukur butir tes atau dapat
dikatakan bahwa butir tes tersebut konvergen dengan butir-butir lain dalam
mengukur suatu konsep atau konstruk yang hendak diukur. Validitas internal untuk skor butir dikotomi digunakan koefisien
korelasi biserial (rbis).
Validitas eksternal dapat
berupa hasil ukur tes baku atau tes yang dianggap baku dapat pula berupa hasil
ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu
konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh
suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita
menggunakan basil ukur tes yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka
besaran validitas eksternal dari tes yang kita kembangkan didapat dengan jalan
mengkorelasikan skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor hasil ukur
tes baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefisien korelasi yang didapat,
maka validitas tes yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan
untuk menguji validitas eksternal digunakan nilai r-tabel. Jika koefisien
korelasi antara skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor hasil ukur
tes baku lebih besar daripada r-tabel maka tes yang dikembangkan adalah valid
berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi
keputusan uji- validitas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya tes
sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir tes seperti pada
validitas internal.
21. Jelaskan
perbedaan reliabilitas berdasarkan kosistensinya?
Djaali (2000, dalam Matondang,
2009) menyatakan bahwa reliabilitas dibedakan atas dua macam, yaitu
reliabilitas konsistensi tanggapan, dan reliabilitas konsistensi gabungan
butir. Reliabilitas konsistensi tanggapan responden mempersoalkan apakah
tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah
baik atau konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan
untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran
kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan
pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan
ketidakkonsistenan maka jelas hasil pengukuran itu tidak mencerminkan keadaan
obyek ukur yang sesungguhnya.
22. Sejauhmana
reliabilitas dapat dipercaya?
Reliabilitas: dalam konsep
reliabilitas hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang sama, apabila aspek
yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar,2011).
23. Bilamana
validitas dan reliabilias dikatakan tinggi atau rendah ?
a.
Validitas:
suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat
sesuai dengan tujuan dari pengukuran. Sedangkan suatu tes yang tidak
menghasilan data yang relevan sesuai dengan tujuan dari tes tersebut, maka
validitas tes tersebut rendah (Azwar, 2011).
b.
Reliabilitas: Namun dalam reliabilitas dikatakan tinggi apabila hasil pengukuran yang
dihasilkan dari tes tidak menunjukkan perbedaan yang besar dari waktu ke waktu
(Azwar, 2011).
24. Bagaimana
menghasilkan validitas yang baik dan dapat digunakan ?
Validitas:
apabila tes tersebut memiliki kecermatan yang tinggi, yaitu mampu mendeteksi
perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang sedang diukur (Azwar,
2011).
25. Mengapa
validitas dan reliabilitas terkadang berbeda antara di lapangan dengan teori ?
Reliabilitas: Secara teori reliabilitas menunjukkan nilai tes yang bebas dari kesalahan
pengukuran (error measurement), namun
dalam kenyataannya tidak ada reliabilitas yang sempurna. Hal ini disebabkan
adanya kesalahan acak (random errors) dimana
terdapat variasi nilai yang tidak konsisten dari waktu ke waktu atau antar
situasi (Jacobs, 1991).
DAFTAR PUSTAKA
_________. (1999). Standards: Educational
and psychological testing.
Washington: American Educational Research Association.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1998). Tes Psikologi (Edisi Terjemahan).
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Azwar, S. (2008). Penyusunan
Skala Psikologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Tes Prestasi: Fungsi
dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cook, D. A. & Beckman, T. (2006). Current
concept validity and reliability for psychometric instrument:
Theory and application. The American Journal of Medicine.
Isaac, Stephen.,
Michael, William B., (1985), Handbook in
Research and Evaluation, California, Edits publishers
Jacobs, L. C. (1991). Test Reliability. IU Bloomington evaluation service
& testing. Diakses pada tanggal 7 November 2014 dari www.indiana.edu.
Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu
instrumen penelitian. Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, 6 (1), 87-97.
Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and
quantitative qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc.
Murti, Bhisma, Prof,
dr, MPH, Msc, Phd. (2011) Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Universitas
Negeri Semarang: Tidak Dipublikasikan
Setyawan, Imam. (2011) Diktat Psikometri. Universitas
Diponegoro: Tidak Dipublikasikan
Sujarwadi, Sri (2011). Valditas dan Reliabilitas Instrumen
Penelitian. Universitas Negeri Jakarta: Tidak dipublikasikan
Sugiyono. (2004). Statistika untuk
Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan
kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri
untuk mahasiswa Indonesia. Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1), 1-9.
Terimakasih artikelny, sedikit menambahi referensi untuk validitas
BalasHapushttp://unityofscience.org/category/educational-evaluation/
Terimakasih artikelny, sedikit menambahi referensi untuk validitas
BalasHapushttp://unityofscience.org/category/educational-evaluation/
Makasiiiii mbak
BalasHapusijin share
BalasHapusdan kunjungi www.firdanu17.com
makasih artikelnya
Terimakasih banyak artikel ini sangat membantu. :)
BalasHapus